Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia UNS Kenalkan kembali Pantun Melalui Sanggar Bahasa


search google
Solo- Pagi itu Selasa, 27 Maret 2018, sekelompok mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret (UNS) berkesempatan untuk mengenal suasana pengajaran sesungguhnya di sebuah sekolah. Mereka berkesempatan mengaplikasikan ilmu yang telah mereka pelajari di bangku kuliah bersama 30 siswa kelas V SDN Gulon, Jebres, Solo dalam suatu kegiatan bernama Sanggar Anak Berpantun (Santun).

Sanggar ini merupakan salah satu tugas mata kuliah sanggar bahasa dan sastra di semester 6, sekaligus alternatif model kegiatan pembelajaran di sekolah. Kegiatan ini bukan hanya mengajarkan apa itu pantun dan bagaimana cara membuat pantun, tetapi juga mengajak siswa untuk langsung mempraktikkan materi dengan membuat pantun yang dikemas dalam bentuk majalah dinding (mading) dan dikerjakan secara berkelompok.

Pantun, sebagai salah satu warisan sastra Indonesia mulai dilupakan oleh generasi muda khususnya siswa usia sekolah dasar. Adapun pantun-pantun yang diketahui oleh generasi muda saat ini banyak yang menyimpang dari kaidah. Pengenalan kembali sekaligus pelestarian pantun dalam praktik nyata dapat dikembangkan melalui kegiatan sanggar bahasa dan sastra ini.

Santun dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama, yakni pada Selasa 2 Maret 2018 tepat pukul 07.30 WIB, delapan orang mahasiswa tersebut berkenalan dengan dunia mengajar secara langsung di lapangan tanpa pendamping, baik guru maupun dosen. Selain perkenalan antara panitia dan peserta yakni siswa kelas V SDN Gulon, panitia juga memperkenalkan pantun yang merupakan salah satu materi yang sudah harus didapatkan oleh siswa kelas V, tetapi ternyata belum diberikan oleh guru.

Materi pantun diberikan oleh panitia dengan metode diskusi sehingga semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan sanggar. Tidak seperti pengajaran dalam keseharian, materi dalam sanggar disampaikan dengan cara yang unik dan menarik dengan selingan ice breaking dan permainan yang mengasah kreativitas siswa. Seusai penyampaian materi mengenai definisi dan ciri-ciri pantun, siswa langsung berlatih membuat pantun yang sesuai kaidah dengan didampingi panitia sanggar. Ada empat jenis pantun yang diajarkan pada siswa yakni pantun perkenalan, suka cita, kepahlawanan, dan nasihat.

Sebagai persiapan pertemuan kedua sekaligus penutup pertemuan pertama, siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan masing-masing kelompok didampingi oleh dua panitia. Setiap kelompok lalu dipersilakan untuk mendiskusikan konsep mading masing-masing beserta pembagian tugas bersama pendamping kelompok kedua.

Di pertemuan kedua, yakni Kamis, 29 Maret 2018 para mahasiswa itu kembali ke lokasi sanggar untuk berkreativitas bersama siswa kelas V SDN Gulon. Tepat pukul 07.30, kegiatan dimulai dengan penjelasan singkat mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan hari itu. Kemudian siswa berkumpul dengan kelompoknya dan mulai membuat mading yang berisi empat jenis pantuan ciptaan mereka sendiri.

Dari empat kelompok yang telah dibentuk, dipilih satu mading yang terbaik. Kreativitas, kebenaran, kelengkapan, dan keaktifan siswa menjadi pertimbangan panitia untuk memilih kelompok tersebut. Namun, semua kelompok tetap mendapat hadiah yang sama dari panitia. Pemberian penghargaan itu menjadi satu apresiasi terhadap siswa yng telah mampu memahami materi sekaligus menutup keceriaan acara Santun.

Penulis:
Alfi Nur Jannah
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNS